Allo!

Welcome to my blog! Please note that all posts in this blog are mine, except those which I copied from other pagers (read disclaimer on the bottom of those posts). I don't mind if you post mine in your blog, but please include a disclaimer that those posts are mine. Don't hesitate to ask me anything or just leave some comments to my posts. Comments are really waited!

Enjoy!

-ten

Wednesday, September 08, 2010

Dongeng Sebuah Tanggal

080910. Sebuah tanggal unik, sangat menggelitik. Begitu banyak orang - orang bumi di luar sana yang menaruh harapan besar pada deretan angka - angka ini. Terutama para gadis - gadis manusia, tua maupun muda. Ah, manisnya..

Hari ini, genaplah penantian mereka. 080910 telah tiba. Namun sepertinya langit sedang tak bersemangat. Sedari pagi, mentari enggan keluar dari persembunyiannya. Ngumpet dibalik awan, katanya. Sang awan pun tak kunjung bergerak. Ia hanya terdiam, menunggu kawan - kawannya untuk bergabung.

Tak lama sang awan pun mulai kehilangan sinar cerahnya mentari. Ia menggelap seiring dengan berjalannya waktu. Tes... Tes... Tes... Ia menangis. Mulanya hanya sedikit, namun perlahan - lahan tangisnya tak terbendung lagi. Ia pun menangis tanpa suara.

Ow, ada apa gerangan? Bukankah seharusnya hari ini adalah hari bahagia? Hari dimana para gadis - gadis manusia, muda dan tua meletakkan harpannya? Seharusnya demikian. Lalu, mengapa sang awan menangis?

Aku tak pernah bisa bersanding dengan rembulan, katanya. Satiap kali aku muncul, aku akan selalu menutupi cahayanya..
Oh ternyata demikian ceritanya, ujarku dalam hati. Janganlah kau bersedih lagi, kataku. Kau mungkin tak bisa bersanding dengan rembulan, namun aku pasti akan tetap menjadi sahabatmu. Tak lama lagi pasti kau akan menemukan pengganti sang rembulan.

Siapa yang bisa? Hatiku telah ia ambil, jiwaku telah direnggut dari tempatnya.., bisiknya lirih.

Sejenak aku sampai merinding mendengar suaranya yang sarat akan duka. Betapa kejamnya sang rembulan, pikirku. Ia telah merenggut jiwa awanku yang manis hingga menjadi seperti ini.

Ya, aku marah. Aku sedih karena awanku sedih. Sakit hati, karena awanku sakit hati. Namun aku juga tak bisa terus menetap di sini. Tak bisa tetap menemani awanku. Memang sudah kodratku untuk pergi, melanglangbuana ke segala penjuru dunia. Bertemu dengan awan - awan lain yang tak seindah awanku ini..

Dengan hati teriris aku mohon pamit pada awanku, dan dengan tegar ia melepasku pergi. Selamat jalan, kawan, katanya. Selamat tinggal, awanku yang manis. Semoga saat kita bertemu lagi, kau sudah tak menangis lagi..

Dan aku pun pergi, kembali melanjutkan perjalanku yang tiada akhirnya...

-Jakarta, 080910
untuk seseorang yang sedang termangu di sana



P.S.:
this is my first fictional story. jadi maklum aja ya kalo ada banyak kekurangan..

No comments:

Post a Comment