Allo!

Welcome to my blog! Please note that all posts in this blog are mine, except those which I copied from other pagers (read disclaimer on the bottom of those posts). I don't mind if you post mine in your blog, but please include a disclaimer that those posts are mine. Don't hesitate to ask me anything or just leave some comments to my posts. Comments are really waited!

Enjoy!

-ten

Thursday, September 09, 2010

Antara Gelap atau Gemerlap

Sepi. Sunyi. Malam telah tiba. Gelap berperan sebagai pelarut, melenyapkan sisa - sisa cahaya yang ada. Disini hanya ada aku, ditemani oleh rimbunnya hutan dan ribuan bintang...

Jauh dari sana, di tengah kota Jakarta. Malam juga telah tiba. Gelap, memang. Namun kegelapan itu nyaris tidak kentara dengan ingar - bingar yang terjadi. Kota Metropolitan, kara orang - orang. Tak pernah tidur. Selalu bangun 1,440 menit sehari, 604,800 detik seminggu.

Aku menggigil ketakutan. Gelap. Gelap dimana - mana. Aku butuh seseorang. Batinku terus menjerit - jerit meminta pertolongan. Namun akal sehatku masih bertahan. Tugasku disini belum selesai.

Jalan - jalan, gang - gang di Jakarta, besar maupun kecil, tetap terisi dengan orang. Ramai. Sesak. Mungkin itu yang terbersit dalam pikiranmu. Aman, sekaligus tidak aman bagi siapapun yang lewat.

Sedetik, dua detik, tiga detik. Tik, tik, tik. Jam dalam otakku terus berputar. Sedetik bagaikan setahun. Ayolah, dimana dia? Aku lelah menanti. Aku ingin pulang. Ke tempat yang nyaman. Hangat. Terang.

Dimana - mana ada orang. Privasi nyaris tak berpenghalang. Kau pasti takkan heran, jika dikatakan bahwa semuanya tersedia di Jakarta. Ya, apapun. Uang? Banyak. Kekuasaan? Hal mudah. Kepuasan? Bukan masalah.

Astaga, lama sekali orang itu. Kulihat ada seberkas cahaya lilin disana. Terang, kemudian gelap. Terang lagi, kemudian gelap lagi. Ya, aku yakin ada lilin di jalan setapak di sebelah sana. Aku ingin berlari menghampiri, namun perintah untukku adalah untuk menunggu.

Sekilas, itulah yang kau lihat dari suasana Jakarta. Pernahkah kau, dan orang - orang lain, melihatnya dari sisi yang berbeda? Yah, kau pasti akan terkejut. Bersiaplah. Dibalik semua gemerlap, pasti ada gelap.

Aku menunggu, menunggu, dan terus menunggu. Tapi dimana orang itu? Kulihat cahaya itu hilang. Hiii.. aku bergidik ngeri. Apakah yang barusan kulihat? Aku mulai merasa sangat cemas. Dia dimana? Tolong, tolong aku. Selamatkan aku dari gelap.

Ingatkah kau, bahwa di Jakarta kau bisa mendapatkan uang banyak? Kekuasaan melimpah? Kepuasan tak terhingga? Kau pikir semua itu dicapai dengan cara - cara yang sama gemerlapnya? Jangan mulai menjadi orang munafik.

Cepatlah, bergegaslah, rasanya sebentar lagi aku akan mati. Secara harafiah. Mungkin saja jarak kita tak jauh. Hanya terpaut beberapa meter. Atau satu kilometer? Seratus meter? Aku tidak tahu. Aku tidak peduli.

Orang munafik sepertimu, yang berpikir bahwa semuanya baik - baik saja, berjalan dengan cara yang seputih salju, akan ditindas. Dibunuh. Bahkan salju sekalipun ada yang kotor. Ternoda.

Menit - menit berlalu, masih belum ada yang menghampiriku. Tetes - tetes embun mulai terbentuk, hawa dingin semakin menusuk. Perlahan - lahan, cahaya bintang mulai pudar. Digantikan oleh tebalnya kabut malam.

Istilah diatas langit masih ada langit mungkin tepat. Yah, setidaknya di Jakarta berlaku hukum itu. Sekuat - kuatnya dirimu, toh nanti juga bisa terbunuh oleh hidup. Hukum rimba. Manusia biadab. Menghancurkan sebelum dihancurkan.

Hujan perlahan membasahi bumi. Aku mulai berpikir, betapa sialnya aku ini. Yang ditunggu tak kunjung datang, yang tak ditunggu justru berlari menghampiri. Hhh.. Aku menghela napas.

Kau ingin bertahan hidup di Jakarta? Berlatihlah menipu diri sendiri. Haha, ironis memang. Namun itulah yang terjadi. Berjuanglah untuk menapak di kaki sendiri. Jangan pernah bergantung pada orang lain. Atau digantungi hidup orang lain.

Kuputuskan aku akan menunggu sejenak lagi. Tes, tes, tes. Pohon tempatku berteduh mulai kewalahan menutupi aliran hujan. Tubuhku mulai basah. Tak ayal lagi aku menggigil semakin keras.

Semakin kau bertindak gegabah, tak mandiri, semakin besar peluangmu untuk hancur. Terinjak - injak. Jakarta tidaklah seindah seperti yang kau bayangkan. Seperti yang para urban bayangkan. Kadang kenyataan memang tak seindah mimpi. Jauh, jauh lebih pahit..

Apakah itu ? Siapakah disana, di jalan setapak itu? Apakah dia, yang ku tunggu - tunggu? Ya, memang benar. Lihatlah, ia melambai padaku. Senyumku merekah. Aku ditemukan. Aku ditolong. Cepat - cepat kutemui dia. Namun, sesuatu terbersit dalam pikiranku..

Apakah kau akan selamat? Apakah aku akan selamat? Dunia ini kejam. Tak suka melihat seseorang bahagia. Dengan cepat menghancurkan. Di tempat gelap maupun tempat gemerlap, hukum rimba berlaku.. Yang kuatlah yang menang, dan aku mulai kehilangan kepercayaanku padamu, maka sebaiknya kusudahi saja kisah yang singkat ini..

Jakarta, 080910

-based on true story

No comments:

Post a Comment