Allo!
Welcome to my blog! Please note that all posts in this blog are mine, except those which I copied from other pagers (read disclaimer on the bottom of those posts). I don't mind if you post mine in your blog, but please include a disclaimer that those posts are mine. Don't hesitate to ask me anything or just leave some comments to my posts. Comments are really waited!
Enjoy!
-ten
-ten
Friday, September 30, 2011
Pulau Kokoa, Pulau Kecil di Maladewa
Pulau Kokoa adalah pulau kecil yang terletak di Maladewa. Pulau ini telah dirancang untuk para pelancong untuk mencari pengalaman atau hanya sekedar bersantai saja.
Pulau ini juga memiliki laut yang indah dan anda pun bisa ber-snorkle di sini karena tempat ini adalah salah satu tempat snorkling terbaik di dunia.
Fasilitas pulau ini dapat dibilang mewah karena banyak kapal yang terletak di pinggir pulau seperti perahu nelayan dll
Meskipun sebagian orang yang datang ke Pulau Kokoa untuk bersantai, ada juga beberapa pengunjung yang menghabiskan waktu mereka untuk menjelajahi area sekitar,
baik di daratan untuk berjalan - jalan santai saja dan melihat - lihat ataupun di dalam air untuk melihat keindahan dalam lautnya dengan diving.
Sebagai salah satu tempat untuk diving terbaik di dunia, mereka punya pelatih untuk mengajarkan para pemula jika ingin belajar diving.
Yang menarik di Maladewa adalah tidak ada aktivitas lalu lintas disini. Jadi satu-satunya yang dapat didengar di sini hanyasuara nelayan yang saling memanggil satu sama lain.
Pulau Kokoa dikelilingi oleh laguna dengan pasir yang sangat indah, semua struktur itu menciptakan suasana yang indah saat matahari terbenam. Dengan 33 water suites dan villa, Pulau Kokoa ini menjadi sebuah kunjungan menarik bagi para keluarga yang ingin bersantai. Mereka dapat mengatur seluruh acara, termasuk bunga, musik, atau makan malam seafood di tepi laguna.
Bangunlah dan lihatlah cakrawala yang indah dari pulau ini, dan melihat bungalow diatas air Anda. Jika malam sudah tiba, biasanya banyak kapal kecil para nelayan berlalu lalang di pinggir pulau. Pulau Kokoa menawarkan banyak fasilitas yang menarik, dimulai dari terapi, yoga, diving, masakan gourmet, dan wisata menarik lainnya.
Berbagai Fasilitas yang ada disini:
Taman, Pantai, Kolam renang, Spa, Ruangan Penghangat, Gym, Tempat Yoga, WaterSport Centre, Perpustakaan, Butik, Free WiFi,
Di dalam ruangan : LCD TV, DVD/CD Player, iPod dock, Pembuat Kopi.
Di pulau ini juga Ada sistim Eco-Friendly dan selalu membutuhkan dukungan dari para pengunjung untuk menjaga keindahan alam dan lingkungan.
Bahkan merokok pun tidak diizinkan di ruangan manapun.
sumbernya
Tuesday, September 27, 2011
waktu.
Waktu adalah waktu, sesuatu yang berjalan selalu tak kenal lelah, berputar dalam siklus konstan yang selalu berubah tak ubahnya aliran memori dan pikiran seorang insan yang sedang berusaha melawan waktu yang selalu berjalan.
Waktu adalah waktu, substansi yang sama bagi setiap orang, sementara orang - orang menganggapnya berbeda meskipun mereka memiliki jatah waktu yang sama, walaupun mempunyai rentang hidup yang berbeda.
Waktu adalah waktu, dimensi yang tergabung dalam hidup setiap makahluk, keberadaan tiap benda, disadari atau tidak, diakui atau tidak, dipedulikan atau tidak, diinginkan atau tidak, dan terpisah dari individu manapun, tak dapat dipungkiri, tak dapat ditolak, tak dapat dilawan, tak dapat dipahami.
Waktu adalah waktu, unsur mengikat yang bebas, unsur sampingan yang krusial, unsur datar yang dinamis, unsur kaku yang fleksibel, unsur hidup yang mati.
Waktu adalah waktu, waktu adalah memori, waktu adalah kehidupan, waktu adalah perkembangan, waktu adalah pertumbuhan
Waktu
Adalah waktu.
A/N:
karangan ini adalah hasil pikiran seorang siswi SMA iseng yang sedang menghabiskan waktunya pada jam kosong. jadi, mohon maaf ya hasilnya aneh. yang ngarang aja ngga ngerti, kok. hehehe
Waktu adalah waktu, substansi yang sama bagi setiap orang, sementara orang - orang menganggapnya berbeda meskipun mereka memiliki jatah waktu yang sama, walaupun mempunyai rentang hidup yang berbeda.
Waktu adalah waktu, dimensi yang tergabung dalam hidup setiap makahluk, keberadaan tiap benda, disadari atau tidak, diakui atau tidak, dipedulikan atau tidak, diinginkan atau tidak, dan terpisah dari individu manapun, tak dapat dipungkiri, tak dapat ditolak, tak dapat dilawan, tak dapat dipahami.
Waktu adalah waktu, unsur mengikat yang bebas, unsur sampingan yang krusial, unsur datar yang dinamis, unsur kaku yang fleksibel, unsur hidup yang mati.
Waktu adalah waktu, waktu adalah memori, waktu adalah kehidupan, waktu adalah perkembangan, waktu adalah pertumbuhan
Waktu
Adalah waktu.
A/N:
karangan ini adalah hasil pikiran seorang siswi SMA iseng yang sedang menghabiskan waktunya pada jam kosong. jadi, mohon maaf ya hasilnya aneh. yang ngarang aja ngga ngerti, kok. hehehe
Monday, September 26, 2011
Saturday, September 24, 2011
SMA Santa Ursula Education Fair 2011 : Bon Appétit
SMA Santa Ursula Proudly Presents
Education Fair 2011
Bon Appétit
Prepare Your Skill Like A Chef To Serve The Best
Time : October 1st, 2011, 08.30 - 16.00
Jalan Pos Nomor 2
Jakarta Pusat
Don't miss it!
Friday, September 23, 2011
8 Kode Etik Samurai
1. Gi (義 – Integritas)
Menjaga Kejujuran.
2. Yū (勇 – Keberanian)
Berani dalam menghadapi kesulitan.
3. Jin (仁 – Kemurahan hati)
Memiliki sifat kasih sayang.
4. Rei (礼 – Menghormati)
Hormat kepada orang lain.
5. Makoto atau (信 – Shin Kejujuran) dan tulus-iklas.
Bersikap Tulus dan Ikhlas.
6. Meiyo (名誉 – Kehormatan)
Menjaga kehormatan diri.
7. Chūgo (忠義 – Loyal)
Menjaga Kesetiaan kepada satu pimpinan dan guru.
8. Tei (悌 – Menghormati Orang Tua)
Menghormati orang tua dan rendah hati.
Menjaga Kejujuran.
"Seorang ksatria harus paham betul tentang yang benar dan yang salah, dan berusaha keras melakukan yang benar dan menghindari yang salah. Dengan cara itulah bushido biasa hidup." (Kode Etik Samurai)
Seorang Samurai senantiasa mempertahankan etika, moralitas, dan kebenaran. Integritas merupakan nilai Bushido yang paling utama. Kata integritas mengandung arti jujur dan utuh.
Keutuhan yang dimaksud adalah keutuhan dari seluruh aspek kehidupan, terutama antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Nilai ini sangat dijunjung tinggi dalam falsafah bushido, dan merupakan dasar bagi insan manusia untuk lebih mengerti tentang moral dan etika.
2. Yū (勇 – Keberanian)
Berani dalam menghadapi kesulitan.
"Pastikan kau menempa diri dengan latihan seribu hari, dan mengasah diri dengan latihan selama ribuan hari". (Miyamoto Musashi)
Keberanian merupakan sebuah karakter dan sikap untuk bertahan demi prinsip kebenaran yang dipercayai meski mendapat berbagai tekanan dan kesulitan. Keberanian juga merupakan ciri para samurai, mereka siap dengan risiko apapun termasuk mempertaruhkan nyawa demi memperjuangkan keyakinan.
Keberanian mereka tercermin dalam prinsipnya yang menganggap hidupnya tidak lebih berharga dari sebuah bulu. Namun demikian, keberanian samurai tidak membabibuta, melainkan dilandasi latihan yang keras dan penuh disiplin.
3. Jin (仁 – Kemurahan hati)
Memiliki sifat kasih sayang.
"Jadilah yang pertama dalam memaafkan."(Toyotomi Hideyoshi)
Bushido memiliki aspek keseimbangan antara maskulin (yin) dan feminin (yang) . Jin mewakili sifat feminin yaitu mencintai. Meski berlatih ilmu pedang dan strategi berperang, para samurai harus memiliki sifat mencintai sesama, kasih sayang, dan peduli.
Kasih sayang dan kepedulian tidak hanya ditujukan pada atasan dan pimpinan namun pada kemanusiaan. Sikap ini harus tetap ditunjukan baik di siang hari yang terang benderang, maupun di kegelapan malam. Kemurahan hati juga ditunjukkan dalam hal memaafkan.
4. Rei (礼 – Menghormati)
Hormat kepada orang lain.
"Apakah kau sedang berjalan, berdiri diam, sedang duduk, atau sedang bersandar, di dalam perilaku dan sikapmu lah kau membawa diri dengan cara yang benar-benar mencerminkan prajurit sejati. (Kode Etik Samurai)
Seorang Samurai tidak pernah bersikap kasar dan ceroboh, namun senantiasa menggunakan kode etiknya secara sempurna sepanjang waktu.Sikap santun dan hormat tidak saja ditujukan pada pimpinan dan orang tua, namun kepada tamu atau siap pun yang ditemui. Sikap santun meliputi cara duduk, berbicara, bahkan dalam memperlakukan benda ataupun senjata.
5. Makoto atau (信 – Shin Kejujuran) dan tulus-iklas.
Bersikap Tulus dan Ikhlas.
"Samurai mengatakan apa yang mereka maksudkan, dan melakukan apa yang mereka katakan. Mereka membuat janji dan berani menepatinya." (Toyotomi Hideyoshi)
"Perkataan seorang samurai lebih kuat daripada besi." (Kode Etik Samurai)
Seorang Samurai senantiasa bersikap Jujur dan Tulus mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran.Para ksatria harus menjaga ucapannya dan selalu waspada tidak menggunjing, bahkan saat melihat atau mendengar hal-hal buruk tentang kolega.
Menjaga kehormatan diri.
"Jika kau di depan publik, meski tidak bertugas, kalau tidak boleh sembarangan bersantai. Lebih baik kau membaca, berlatih kaligrafi, mengkaji sejarah, atau tatakrama keprajuritan." (Kode Etik Samurai)
Bagi samurai cara menjaga kehormatan adalah dengan menjalankan kode bushido secara konsisten sepanjang waktu dan tidak menggunakan jalan pintas yang melanggar moralitas.Seorang samurai memiliki harga diri yang tinggi, yang mereka jaga dengan cara prilaku terhormat. Salah satu cara mereka menjaga kehormatan adalah tidak menyia-nyiakan waktu dan menghindari prilaku yang tidak berguna.
7. Chūgo (忠義 – Loyal)
Menjaga Kesetiaan kepada satu pimpinan dan guru.
"Seorang ksatria mempersembahkan seluruh hidupnya untuk melakukan pelayanan tugas." (Kode Etik Samurai)
Kesetiaan ditunjukkan dengan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Kesetiaan seorang ksatria tidak saja saat pimpinannya dalam keadaan sukses dan berkembang.Bahkan dalam keadaaan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, pimpinan mengalami banyak beban permasalahan, seorang ksatria tetap setia pada pimpinannya dan tidak meninggalkannya.Puncak kehormatan seorang samurai adalah mati dalam menjalankan tugas dan perjuangan.
8. Tei (悌 – Menghormati Orang Tua)
Menghormati orang tua dan rendah hati.
"Tak peduli seberapa banyak kau menanamkan loyalitas dan kewajiban keluarga di dalam hati, tanpa prilaku baik untuk mengekspresikan rasa hormat dan peduli pada pimpinan dan orang tua, maka kau tak bisa dikatakan sudah menghargai cara hidup samurai. (Kode Samurai)."
Samurai sangat menghormati dan peduli pada orang yang lebih tua baik orang tua sendiri, pimpinan, maupun para leluhurnya.Mereka harus memahami silsilah keluarga juga asal-usulnya.Mereka fokus melayani dan tidak memikirkan jiwa dan raganya pribadi.
Saturday, September 17, 2011
Hati-hati Membawa Tas Bermerek Palsu!
KOMPAS.com - Hati-hati membawa tas palsu dari merek terkenal. Sudah banyak cerita di kalangan ibu-ibu, ketika mendarat di pelabuhan internasional, tas palsu itu disita petugas. Masih mending cuma disita, kadang barang tersebut dihancurkan di depan mereka—mungkin untuk mempermalukan.
Pengawasan barang palsu memang semakin ketat. Seperti diceritakan Cicilia King, Communication Manager Louis Vuitton (Indonesia), terutama di Eropa pihak perusahaan melakukan pendidikan termasuk kepada petugas-petugas di bandara sehingga mereka mampu mengidentifikasi suatu barang asli atau palsu. Louis Vuitton, menurut berbagai catatan, adalah merek terkenal paling banyak dipalsu.
Meski kualitas barang palsu makin hari semakin canggih—kadang sulit bagi yang tak akrab dengan dunia konsumsi untuk membedakannya dari yang asli—petugas toko pasti bisa membedakan. Ada cerita, seorang wanita dari Indonesia berbelanja di sebuah butik merek terkenal di Singapura. Tas yang dipakainya asli. Hanya ketika mengeluarkan dompet kecil dari dalam tas, pihak toko sempat melihat sepintas dompetnya. Tak berapa lama sepulang ke Indonesia, wanita itu menerima surat dari merek terkenal tadi yang isinya peringatan berikut konsekuensi hukumnya, bahwa dia memakai dompet palsu dari merek mereka.
Soal pemalsuan dianggap serius oleh merek-merek terkenal. Mereka merasa perlu melindungi merek dagangnya, desain, berikut hak ciptanya. Cicilia King mengatakan, di Indonesia urusan legal berkaitan dengan pemalsuan dibawahi oleh departemen yang mengurusi hal ini untuk kawasan Asia Pasifik. Ia menunjukkan catatan yang pernah dilakukan Louis Vuitton, misalnya penggerebekan empat pabrik dan tiga gudang di Gyeonggi, Korea, penangkapan truk yang memuat 40.000 produk palsu di Guangzhou, China, dan lain- lain. Bukan hanya di Asia, operasi seperti itu juga menemukan berbagai produksi palsu di Eropa, Amerika, serta Amerika Latin.
Logo, simbol
Kalau pada kenyataannya barang palsu masih terdapat di mana-mana di sekitar kita, itu semata-mata menunjukkan memberantas pemalsuan memang bukan soal mudah. Dana Thomas, penulis buku berjudul Deluxe (2007) yang menceritakan ihwal barang-barang mewah, menuturkan pengalaman ketika dengan seorang pejabat urusan legal dari sebuah merek mewah mengunjungi Guangzhou, China. Guangzhou dikenal dunia sebagai tempat diproduksinya berbagai tiruan merek mewah.
Katanya, memberantas pemalsuan di China tidak mudah. Konfusius mendemokratisasikan pendidikan di China pertama-tama dengan mendorong pengopian karya pemikir-pemikir besar, agar pengetahuan cepat menyebar ke semua kelas. Tambah rumit, pemerintahan komunis mengisyaratkan semua properti milik negara—bukan individual, perusahaan, atau korporasi. Tahun 1980-an mulai ditetapkan undang-undang berhubungan dengan paten dan merek dagang. Selama berabad-abad mereka terbiasa mengopi apa saja, tiba-tiba harus stop, apakah persoalan kemudian sesederhana itu? Di situ terjadi semacam dilema kebudayaan.
Sejarah peniruan atau pemalsuan konon setua peradaban ini sendiri. Di Roma pada 100 tahun sebelum Masehi, muncul kelompok kaya baru. ”Kekayaan tidak serta-merta memberikan status,” kata Jonathan Stamp, ahli sejarah klasik dan pembuat film dokumenter seperti dikutip Thomas. ”Dibutuhkan kekayaan plus sesuatu yang lain, misalnya obyek.”
Untuk mendapatkan status seperti kelompok kaya sebelumnya, kelompok kaya baru ini mulai meniru-niru perkakas dan berbagai peranti orang kaya lama. Lahirlah barang-barang tiruan, meluas seiring meluasnya kelompok kaya baru itu.
Nyaris menjadi kodrat, orang mengekspresikan status lewat simbol-simbol—pakaian, ornamen, dan barang-barang kepemilikan lain. Juga melekat pada sebagian besar orang, kecemasan mengenai bagaimana orang lain menilai status sosial mereka. Di situ simbol semakin menemukan signifikansi peran.
Logo Louis Vuitton yang terkenal dengan huruf L dan V saling kunci disertai motif floral diciptakan Georges Vuitton tahun 1896, untuk mengenang ayahnya, Louis Vuitton. Kini, simbol itu dipalsu di mana-mana.
Kalau melihat dinamika bisnis sekarang di mana simbol dan merek dikedepankan sebagai ujung tombak untuk menjual produk, bisa dibayangkan nilai sebuah simbol, sebuah logo. Perusahaan-perusahaan modern menginvestasikan ribuan sampai jutaan dollar untuk sebuah logo, simbol—istilah bisnisnya ”branding”. Untuk barang-barang luks, investasi bagi citra yang diwujudkan lewat logo bisa mengungguli investasi untuk produknya sendiri—obyek yang diingini publik.
Suatu kali mengunjungi Paris dan berkesempatan melihat workshop Louis Vuitton, terlihat betapa rumit mereka menciptakan produk untuk menghindari peniruan. Diciptakan kode-kode khusus, termasuk variasi kunci bagi trunk mereka, yang kalau kunci hilang, hanya pabrik mereka yang bisa membetulkan variasi kunci itu. Barang harus dikirim ke workshop di Paris. Penyelesaian produk secara manual—bukan mesin—adalah cara lain lagi untuk mencapai eksklusivitas dan otentisitas. Sentuhan tangan akan menghasilkan ketidaksempurnaan yang dicapai mesin (nah, akhirnya bukankah kembali ke kebesaran manusia?).
Persoalannya, untuk tas perempuan bermerek yang harganya puluhan sampai ratusan juta rupiah, berapa orang bisa mencapainya? Bagaimana para sekretaris, guru, pegawai negeri bisa membeli tas yang harganya puluhan juta? Seperti Hermes dengan edisi bernama Birkin, yang semua wanita kelas atas mejeng di majalah dengan merelakan tangannya sekadar jadi gantungan? Tak heran, kalau kemudian muncul ”Birkin-Birkin” tiruan dengan harga murah, yang dipelesetkan sebagai ”birkinan Tajur”, ”birkinan Yogya”, dan seterusnya.
Antarkelas
Sejak lama sebenarnya antara asli dan palsu menjadi ajang kontestasi antarkelas, antara kelas atas versus kelas-kelas di bawahnya. Sekali apa yang diakui sebagai selera kelas atas ditiru oleh kelas di bawahnya, seperti diteorikan Bourdieu, mereka akan segera melakukan investasi finansial dan kultural yang baru dalam simbol-simbol untuk pembedaan. Begitu tas mahal bisa digapai banyak pihak, kelas sosial yang tadinya mengonsumsi secara eksklusif akan pindah ke perwujudan selera berkelas lain, misalnya kesenian. Seni rupa menjadi obyek konsumsi baru, seni pertunjukan menjadi klangenan. Itu contohnya.
Begitu berjalan terus-menerus. Menurut Coco Chanel, ”Being copied is the ransom of success (ditiru adalah tebusan bagi sebuah sukses).”
Catatan tambahan: kalau Anda sebagai pemimpin tidak sukses, jangankan palsunya, aslinya pun tak laku dijual dalam pemilu.
sumbernya
Pengawasan barang palsu memang semakin ketat. Seperti diceritakan Cicilia King, Communication Manager Louis Vuitton (Indonesia), terutama di Eropa pihak perusahaan melakukan pendidikan termasuk kepada petugas-petugas di bandara sehingga mereka mampu mengidentifikasi suatu barang asli atau palsu. Louis Vuitton, menurut berbagai catatan, adalah merek terkenal paling banyak dipalsu.
Meski kualitas barang palsu makin hari semakin canggih—kadang sulit bagi yang tak akrab dengan dunia konsumsi untuk membedakannya dari yang asli—petugas toko pasti bisa membedakan. Ada cerita, seorang wanita dari Indonesia berbelanja di sebuah butik merek terkenal di Singapura. Tas yang dipakainya asli. Hanya ketika mengeluarkan dompet kecil dari dalam tas, pihak toko sempat melihat sepintas dompetnya. Tak berapa lama sepulang ke Indonesia, wanita itu menerima surat dari merek terkenal tadi yang isinya peringatan berikut konsekuensi hukumnya, bahwa dia memakai dompet palsu dari merek mereka.
Soal pemalsuan dianggap serius oleh merek-merek terkenal. Mereka merasa perlu melindungi merek dagangnya, desain, berikut hak ciptanya. Cicilia King mengatakan, di Indonesia urusan legal berkaitan dengan pemalsuan dibawahi oleh departemen yang mengurusi hal ini untuk kawasan Asia Pasifik. Ia menunjukkan catatan yang pernah dilakukan Louis Vuitton, misalnya penggerebekan empat pabrik dan tiga gudang di Gyeonggi, Korea, penangkapan truk yang memuat 40.000 produk palsu di Guangzhou, China, dan lain- lain. Bukan hanya di Asia, operasi seperti itu juga menemukan berbagai produksi palsu di Eropa, Amerika, serta Amerika Latin.
Logo, simbol
Kalau pada kenyataannya barang palsu masih terdapat di mana-mana di sekitar kita, itu semata-mata menunjukkan memberantas pemalsuan memang bukan soal mudah. Dana Thomas, penulis buku berjudul Deluxe (2007) yang menceritakan ihwal barang-barang mewah, menuturkan pengalaman ketika dengan seorang pejabat urusan legal dari sebuah merek mewah mengunjungi Guangzhou, China. Guangzhou dikenal dunia sebagai tempat diproduksinya berbagai tiruan merek mewah.
Katanya, memberantas pemalsuan di China tidak mudah. Konfusius mendemokratisasikan pendidikan di China pertama-tama dengan mendorong pengopian karya pemikir-pemikir besar, agar pengetahuan cepat menyebar ke semua kelas. Tambah rumit, pemerintahan komunis mengisyaratkan semua properti milik negara—bukan individual, perusahaan, atau korporasi. Tahun 1980-an mulai ditetapkan undang-undang berhubungan dengan paten dan merek dagang. Selama berabad-abad mereka terbiasa mengopi apa saja, tiba-tiba harus stop, apakah persoalan kemudian sesederhana itu? Di situ terjadi semacam dilema kebudayaan.
Sejarah peniruan atau pemalsuan konon setua peradaban ini sendiri. Di Roma pada 100 tahun sebelum Masehi, muncul kelompok kaya baru. ”Kekayaan tidak serta-merta memberikan status,” kata Jonathan Stamp, ahli sejarah klasik dan pembuat film dokumenter seperti dikutip Thomas. ”Dibutuhkan kekayaan plus sesuatu yang lain, misalnya obyek.”
Untuk mendapatkan status seperti kelompok kaya sebelumnya, kelompok kaya baru ini mulai meniru-niru perkakas dan berbagai peranti orang kaya lama. Lahirlah barang-barang tiruan, meluas seiring meluasnya kelompok kaya baru itu.
Nyaris menjadi kodrat, orang mengekspresikan status lewat simbol-simbol—pakaian, ornamen, dan barang-barang kepemilikan lain. Juga melekat pada sebagian besar orang, kecemasan mengenai bagaimana orang lain menilai status sosial mereka. Di situ simbol semakin menemukan signifikansi peran.
Logo Louis Vuitton yang terkenal dengan huruf L dan V saling kunci disertai motif floral diciptakan Georges Vuitton tahun 1896, untuk mengenang ayahnya, Louis Vuitton. Kini, simbol itu dipalsu di mana-mana.
Kalau melihat dinamika bisnis sekarang di mana simbol dan merek dikedepankan sebagai ujung tombak untuk menjual produk, bisa dibayangkan nilai sebuah simbol, sebuah logo. Perusahaan-perusahaan modern menginvestasikan ribuan sampai jutaan dollar untuk sebuah logo, simbol—istilah bisnisnya ”branding”. Untuk barang-barang luks, investasi bagi citra yang diwujudkan lewat logo bisa mengungguli investasi untuk produknya sendiri—obyek yang diingini publik.
Suatu kali mengunjungi Paris dan berkesempatan melihat workshop Louis Vuitton, terlihat betapa rumit mereka menciptakan produk untuk menghindari peniruan. Diciptakan kode-kode khusus, termasuk variasi kunci bagi trunk mereka, yang kalau kunci hilang, hanya pabrik mereka yang bisa membetulkan variasi kunci itu. Barang harus dikirim ke workshop di Paris. Penyelesaian produk secara manual—bukan mesin—adalah cara lain lagi untuk mencapai eksklusivitas dan otentisitas. Sentuhan tangan akan menghasilkan ketidaksempurnaan yang dicapai mesin (nah, akhirnya bukankah kembali ke kebesaran manusia?).
Persoalannya, untuk tas perempuan bermerek yang harganya puluhan sampai ratusan juta rupiah, berapa orang bisa mencapainya? Bagaimana para sekretaris, guru, pegawai negeri bisa membeli tas yang harganya puluhan juta? Seperti Hermes dengan edisi bernama Birkin, yang semua wanita kelas atas mejeng di majalah dengan merelakan tangannya sekadar jadi gantungan? Tak heran, kalau kemudian muncul ”Birkin-Birkin” tiruan dengan harga murah, yang dipelesetkan sebagai ”birkinan Tajur”, ”birkinan Yogya”, dan seterusnya.
Antarkelas
Sejak lama sebenarnya antara asli dan palsu menjadi ajang kontestasi antarkelas, antara kelas atas versus kelas-kelas di bawahnya. Sekali apa yang diakui sebagai selera kelas atas ditiru oleh kelas di bawahnya, seperti diteorikan Bourdieu, mereka akan segera melakukan investasi finansial dan kultural yang baru dalam simbol-simbol untuk pembedaan. Begitu tas mahal bisa digapai banyak pihak, kelas sosial yang tadinya mengonsumsi secara eksklusif akan pindah ke perwujudan selera berkelas lain, misalnya kesenian. Seni rupa menjadi obyek konsumsi baru, seni pertunjukan menjadi klangenan. Itu contohnya.
Begitu berjalan terus-menerus. Menurut Coco Chanel, ”Being copied is the ransom of success (ditiru adalah tebusan bagi sebuah sukses).”
Catatan tambahan: kalau Anda sebagai pemimpin tidak sukses, jangankan palsunya, aslinya pun tak laku dijual dalam pemilu.
sumbernya
Friday, September 16, 2011
Sleepwalking
Definisi
Sleepwalking juga dikenal dengan sebutan somnabulisme, adalah suatu gangguan yang menyebabkan seseorang bangun dan berjalan saat sedang tidur. Paling umum terjadi pada anak antara usia 8 dan 12 tahun. Sleepwalking tidak menandakan adanya masalah kesehatan yang serius atau memerlukan pengobatan. Namun, sleepwalking dapat terjadi di segala usia dan dapat menyebabkan perilaku bahkan berbahaya, seperti memanjat keluar jendela atau kencing di lemari atau kaleng sampah.
Gejala
- Sleepwalking diklasifikasikan sebagai parasomnia, sebuah perilaku atau pengalaman yang tidak diinginkan selama tidur. Seseorang yang mengalami sleepwalking dapat mengalami:
- Duduk di tempat tidur dan membuka matanya
- Memiliki ekspresi mata sayu atau berkaca-kaca
- Berkeliaran di sekitar rumah, mungkin membuka dan menutup pintu atau mematikan dan menghidupkan lampu
- Melakukan aktivitas rutin, seperti berpakaian atau membuat snack, bahkan mengemudi mobil
- Bicara atau bergerak dengan canggung
- Menjerit, terutama jika juga mengalami mimpi buruk
- Sulit dibangunkan ketika episode sleepwalking terjadi
Sleepwalking biasanya terjadi selama tidur nyenyak di awal malam, biasanya satu sampai dua jam setelah tertidur. Orang yang melakukan sleepwalking tidak akan ingat episode sleepwalking-nya di pagi hari. Sleepwalking umum terjadi pada anak-anak dan biasanya semakin hilang ketika remaja disebabkan jumlah tidur nyenyak yang menurun.
Penyebab
- Banyak faktor yang dapat berkontribusi dalam sleepwalking adalah:
- Kurang tidur
- Kelelahan
- Stres
- Kecemasan
- Demam
- Obat-obatan, seperti zolpidem (Ambien)
- Kejang
- Gangguan - gangguan pernapasan, gangguan yang ditandai oleh pola pernapasan abnormal selama tidur, yang paling umum adalah apnea tidur obstruktif
- Restless Leg Syndrome (RLS)
- Migrain
- Stroke
- Kepala luka atau pembengkakan otak
- Periode premenstruasi
Perawatan dan obat-obatan
Biasanya tidak diperlukan pengobatan untuk sleepwalking. Jika Anda melihat anak Anda atau orang lain tidur sambil berjalan di rumah, tuntun dia kembali ke tempat tidur dengan lembut. Sebenarnya tidak berbahaya jika dibangunkan, tapi dapat mengganggu. Ia mungkin bingung ketika terbangun mendapati dirinya tidak di tempat tidur. Pengobatan untuk orang dewasa dapat menggunakan hipnosis. Meskipun jarang, sleepwalking dapat diakibatkan obat, sehingga penanganan dengan pengobatan mungkin diperlukan. Jika sleepwalking mengarah pada kantuk berlebihan di siang hari atau menimbulkan risiko cedera serius, dokter dapat merekomendasikan pengobatan. Penggunaan benzodiazepin atau antidepresan tertentu dalam jangka pendek dapat menghentikan episode sleepwalking. Jika sleepwalking dikaitkan dengan kondisi kesehatan medis atau mental, perawatan ditujukan pada masalah yang mendasar.
Sunday, September 11, 2011
Unsur Intinsik dan Ekstrinsik dalam Suatu Karya Sastra
1. UNSUR INTRINSIK
Unsur intrinsik adalah unsur dari dalam suatu karya sastra yang membentuk karya sastra tersebut. Unsur intrinsik karya sastra terdiri atas :
A. Alur cerita/plot
Sebuah cerita dapat disajikam dengan alur maju(mengalir dari sekarang menuju masa yang akan datang), mundur/flashback (mengingat masa lalu) atau campuran (maju mundur).
B. Latar Cerita
Adalah keterangan mengenai waktu, ruang / tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerita.
C. Perwatakan
Adalah karakter atau sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran dalam tingkah laku tokoh dalam cerita.
D. Sudut pandang pengarang
Adalah cara pengarang mengisahkan cerita. Sudut pandang dibagi menjadi orang pertama,orang ketiga,serta campuran pertama dan ketiga.
E. Amanat
Adalah pesan yang ingin disampaikam oleh pengarang melalui isi cerita yang disampaikan tersurat (langsung disebutkan dalam dialog antartokoh) atau tersirat.
2. UNSUR EKSTRINSIK
A. Latar belakang pengarang
Karya sastra dapat berkaitan dengan latar belakang pengarangnya walaupun itu tidak terlalu dominan. Latar belakang pengarang diantaranya meliputi pendidikan, suku bangsa dan pola pemikiran.
B. Semangat zaman
Proses kreatif dapat pula seiring dengan perubahan iklim sosial sehingga memunculkan berbagai ciri karya sastra dengan zamannya.
C. Nilai-nilai karya sastra prosa
Melalui pemahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, proses pembacaan karya sastra dapat lebih bermakna. Kita pun dapat membiasakan diri mengasah intusisi sehingga menjadi lebih peka dan peduli terhadap keadaan sekitar.
• Nilai sosial
• Nilai budaya
• Nilai moral
• Nilai agama
• Nilai sejarah
• Nilai politik
• Nilai pendidikan
Unsur intrinsik adalah unsur dari dalam suatu karya sastra yang membentuk karya sastra tersebut. Unsur intrinsik karya sastra terdiri atas :
A. Alur cerita/plot
Sebuah cerita dapat disajikam dengan alur maju(mengalir dari sekarang menuju masa yang akan datang), mundur/flashback (mengingat masa lalu) atau campuran (maju mundur).
B. Latar Cerita
Adalah keterangan mengenai waktu, ruang / tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerita.
C. Perwatakan
Adalah karakter atau sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran dalam tingkah laku tokoh dalam cerita.
D. Sudut pandang pengarang
Adalah cara pengarang mengisahkan cerita. Sudut pandang dibagi menjadi orang pertama,orang ketiga,serta campuran pertama dan ketiga.
E. Amanat
Adalah pesan yang ingin disampaikam oleh pengarang melalui isi cerita yang disampaikan tersurat (langsung disebutkan dalam dialog antartokoh) atau tersirat.
2. UNSUR EKSTRINSIK
A. Latar belakang pengarang
Karya sastra dapat berkaitan dengan latar belakang pengarangnya walaupun itu tidak terlalu dominan. Latar belakang pengarang diantaranya meliputi pendidikan, suku bangsa dan pola pemikiran.
B. Semangat zaman
Proses kreatif dapat pula seiring dengan perubahan iklim sosial sehingga memunculkan berbagai ciri karya sastra dengan zamannya.
C. Nilai-nilai karya sastra prosa
Melalui pemahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, proses pembacaan karya sastra dapat lebih bermakna. Kita pun dapat membiasakan diri mengasah intusisi sehingga menjadi lebih peka dan peduli terhadap keadaan sekitar.
• Nilai sosial
• Nilai budaya
• Nilai moral
• Nilai agama
• Nilai sejarah
• Nilai politik
• Nilai pendidikan
Subscribe to:
Posts (Atom)