Di luar mendung, berawan. Di dalam terang, dingin.
Ruangan ini luas. Maklum, bangunan tua. Koridor, langit – langit, ubin, jendela, semua bergaya Belanda. Masih orisinil. Tidak mencolok, tidak menarik. Hanya diberi pelengkap berupa alat – alat modern sebagai penunjang.
Tiga puluh lima bangku kosong, hanya satu yang terisi. Di bagian depan, ada dua bangku tinggi. Juga kosong. Aneh, pergi kemana semua penghuni ruangan ini? Padahal suaranya ramai. Samar – samar, tidak, memang terdengar ada suara para gadis yang berceloteh riang. Seharusnya wajar saja, jarum jam di dinding baru menunjuk angka 12.
Tunggu sebentar, tampaknya ada sesuatu yang janggal. Bahasa mereka terdengar asing. Seperti bukan bahasa Indonesia saja.
Perlahan, amat perlahan, sang pengisi satu bangku tersebut berdiri. Memandang nanar dunia luar. Ah, seorang gadis, rupanya! Rambu pendek sebahu, berwarna kecokelatan. Tinggi semampai. Mengenakan seragam bergaya Belanda abad pertengahan. Rok panjang, kaus kaki panjang, sepatu pantofel.
Mendadak, suasana menjadi hening, sunyi. Tak ada lagi suara celoteh orang. Mencekam, bahkan mampu membuat bulu kuduk meremang. Ruangan itu terasa semakin luas saja. Langit – langit meninggi, seolah ingin menelan, menenggelamkan apapun, siapapun yang berada di dalam ruangan itu.
Gadis itu menoleh. Ia ternyata berwajah Indo. Keturunan asing, sepertinya. Warna bola matanya abu – abu gelap. Jernih, dalam, seolah kita sedang melihat dalam dan luasnya samudera sana. Cantik, memang. Layaknya sebuah boneka porselen abad pertengahan. Ia tersenyum. Harusnya memang menambah kecantikannya, keelokannya. Tetapi, mengapa senyum itu malah membuat suasana makin menegangkan?
Dalam sekejap, ia sudah berada di sisi pintu. Entah kapan ia bergerak. Entah bagaimana ia dapat bergerak secepat itu. Tanpa suara. Ia bimbang sejenak, lalu melangkah keluar. Melalui pintuu yang seharusnya terkunci. Lalu lenyap bersama angin.
Gadis elok berwajah Indo tersebut telah pergi, menyusul teman – temannya yang takkan terlihat lagi. Entah fragmen ataukah ilusi, yang jelas hal ini benar terjadi.
dikisahkan untuk memperingati April Fool 2011, oleh seorang siswi yang sedang bosan pada jam pelajaran Akuntansi
No comments:
Post a Comment