Allo!

Welcome to my blog! Please note that all posts in this blog are mine, except those which I copied from other pagers (read disclaimer on the bottom of those posts). I don't mind if you post mine in your blog, but please include a disclaimer that those posts are mine. Don't hesitate to ask me anything or just leave some comments to my posts. Comments are really waited!

Enjoy!

-ten

Tuesday, April 05, 2011

Suatu Nama Tak Bertempat

Segalanya hitam pekat. Gelap. Berubah menjadi abu - abu tua. Tidak terlalu delap lagi. Berangsur - angsur menjadi semakin putih. Pucat. Silau. Lalu ada yang berubah. Dari dunia monoton tak berujung menjadi sedikit lebih berwarna. Samar - samar, lalu semakin jelas. Tapi dalam keadaan berputar. Aku mengerjap. Dan tersadar.

Aku berada di tengah sebuah lapangan aspal berdebu. Cukup luas, kulihat. Di depanku ada sebuah taman bermain karatan yang sebagian besar alatnya sudah rusak. Di sebelah kiri dan belakangku terdapat gedung - gedung tua, kira - kira dua puluh tahun umurnya. Hanya bangunan di sebelah kananku yang terlihat sedikit lebih baru. Secara keseluruhan tampak sebagai sebuah sekolah tua.

Matahari bersinar begitu terik, meski belum tepat di atas kepala. Sepertinya baru sekitar pukul sebelas. Aku beranjak dari tempatku tadi, melangkah ke arah gedung di sebelah kiri. Di pojok terdapat tangga semen yang lebar. Pinggiran tangga tersebut dicat biru muda dan putih, meskipun sebagian sudah pudar, mengelupas, dan kotor berdebu.

Perlahan aku menyusuri tangga tersebut, naik ke lantai dua. Ada koridor berubin putih yang mengarah ke sebelah kananku. Di depanku, ada sebuah ruangan. Kelas berukuran kecil, tidak terawat. Di sebelah kanannya, berjajar ruang – ruang kelas berukuran sedang. Semakin jauh aku melangkah, semakin sedikit pula kaca yang menutupi jendela. Pecah berantakan. Di ujung koridor, terdapat undakan turun mengarah ke kiri yang berisi sekumpulan toilet tua yang gelap dan kotor. Baunya? Tak terbayangkan.

Tiba – tiba terdengar bel berbunyi. Suasana tak lagi sepi. Anak – anak berhamburan ke luar ruangan untuk menikmati saat istirahat. Bermain, makan, atau hanya sekedar mengobrol dengan teman. Aku menengok ke bawah, dan menjumpai suatu peristiwa yang paling aku rindukan. Bermain, berlari, bercanda ria. Tak jongkok, bentengan, kasti, lompat karet, ataupun suit. Sepak bola plastik, donal bebek, perang – perangan, petak umpet.

Aku memutuskan untuk turun ke lapangan, melihat apakah aku dapat bergabung atau tidak. Sambil aku melangkah, aku memperhatikan. Lautan anak berseragamn putih – merah di bawah tangga. Aku berlalu – lalang, namun tak ada yang memperhatikan. Mereka terus melanjutkan permainan mereka. Seolah aku tak terlihat, tak kasatmata. Tak terdeteksi oleh pancaindera mereka.

Perlahan, mereka semua memudar. Dunia serasa berputar. Ada apa ini? Apakah aku harus pergi? Tidak! Aku tidak mau! Dunia berputar semakin cepat, memudar, kian menggelap. Lalu semua menjadi hitam pekat. Aku kembali tersesat dalam suatu nama tak bertempat. Hitam Pekat.

No comments:

Post a Comment