Dua puluh empat Maret. Dua puluh Mei. Tujuh belas Agustus. Satu Oktober. Dua puluh delapan Oktober. Sepuluh November. Dan masih banyak lagi tanggal - tanggal yang menunjukkan sikap nasionalisme masyarakat Indonesia jaman dahulu.
Bagaimana dengan sekarang? Tak jarang orang yang terkesan tidak peduli dengan negaranya. Bahkan terkadang nasionalisme hanya dianggap omong kosong pelajaran kewarganegaraan. Bagaimana bisa mengamalkan nilai - nilai nasionalisme dan patriotisme, jika Pancasila saja tidak hafal?
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Singkat kata, nasionalisme adalah rasa kebersamaan yang dapat membangun dan menjaga keutuhan suatu negara.
Nasionalisme tercermin tidak hanya dari upaya kita merayakan hari - hari besar nasional, tetapi juga dari tindakan kita sehari - hari. Sayangnya, hal tersebut tidak banyak disadari oleh masyarakat Indonesia.
Banyak sekali contoh masyarakat yang tidak menunjukkan sikap nasionalisme. Bahkan para pejabat, baik pejabat daerah maupun pusat, tidak menunjukkan sikap yang lebih baik dari rakyatnya. Semua tindakan tidak nasionalis itu berawal dari tindakan - tindakan sederhana, sepele, bahkan terkadang terkesan tidak diangap.
Yang paling sering disorot adalah masalah sampah. Mulai dari rakyat kecil hingga pejabat sering sekali membuang sampah sembarangan. Di jalan, di sungai, bahan di dalam gedung. Hanya sedikit masyarakat yang peduli terhadap lingkungannya dan membuang sampah pada tempatnya dengan kesadaran pribadi.
Salah satu aspek yang terkandung dalam nasionalisme adalah sikap adil. Dewasa ini, keadilan seakan - akan bisa dibeli. Asal ada uang banyak, masalah apapun bisa terselesaikan, tidak peduli siapa yang benar. Rakyat kecil yang seharusnya lebih berhak, ditindas oleh pejabat - pejabat korup.
Nasionalisme dapat berarti saling mendukung untuk membangun sebuah negara yang lebih maju. Namun, bahkan pemerinah pusat sendiri banyak yang lebih mementingkan kepentingan golongan, bahkan kepentingan pribadi. Mereka merasa tidak puas dengan penghasilan mereka yang sudah melampaui titik standar. Mereka masih saja berusaha mencari - cari alasan untuk mengeruk kekayaan Indonesia, yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh rakyat kecil untuk mengembangkan usaha mereka.
Disini kejujuran juga merupakan salah satu aspek penting yang tidak diindahkan. Apabila semua rakyat kita jujur, maa tidak akan ada rakyat yang hidup melarat. Tidak ada yang korupsi, maka pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Sumber daya alam teralokasi dengan baik.
Maka, jika kita ingin menciptakan sebuah negara yang maju, lingkungan yang kondusif untuk tempat kita berkembang, kita harus bisa pandai - pandai memilih. Apakah kita ingin menjadi seorang nasionalis, atau kita ingin menghancurkan diri kita dan orang lain dengan menjadi orang yang tidak emncintai tanah arinya.
Hidup Indonesia!
--karangan ini dipersembahkan untuk Wat's Up, kelas X-6 SMA Santa Ursula yang paling keren. Viva Wat's Up!
No comments:
Post a Comment